Seperti beberapa hari belakangan, pasti saya baru pulang kerumah selepas isya. Saya baru pulang kerumah setelah menyelesaikan cicilan tugas dari organisasi kampus. Rumah letaknya cukup jauh dari kampus. Naik motor membutuhkan sekitar 15 menit, itu kalau speedometeri-menunjuk angka 50-60 (jangan di tiru). Malam ini tidak ada kebut-kebutan motor melaju perlahan. Dalam pikiranku hanya membayangkan apa yang tadi sempat kualami di kampus. Persoalan ini sungguh menyita perhatian. Perjalanan pulang terus ku hamburkan dzikrullah, dengan harapan hati menjadi tenang. Bukankah ini perkataan Allah dalam Al-Quran Al- Kareem ? Ada perasaan takut yang menekan dadaku sehingga rasanya sangat sesak. dalam ketakutan ini kuputuskan membacah surah Al-fatihah. Surah ini kubaca berulang kali dengan mengeluarkan suara. Tidak terlalu keras. dan Entah mengapa setelah membaca entah pada kali keberapa, perasaanku semakin sesak, pandanganku kabur, kurasakan basah menyentuh ujung mataku lalu kurasakan mengalir menyentuh pipiku dan mengering oleh terpaan angin.
Ya...saat mencapai ayat, ,اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ ,(Q.S Al-Fatihah 1:6) yang artinya, "Tunjukilah kami jalan yang lurus."
Maaf sebelumnya.
Perkenalkan, Namaku Ustman - saja, dengan "t". Mereka memanggilku dengan banyak sebutan, Ammang, Semmang atau Mang. Mahasiswa semester 5 di salah satu Universitas di Kota Makassar. Saya dan keluarga berasal dari Kota Palopo, Sulawesi Selatan.
AWAL MULA, tiga tahun lebih awal...
Pelajaran pagi ini adalah Penjas, setelah selesai lantas kami bergegas mengganti baju dan segera masuk kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Pendidikan Agama Islam adalah pelajaran untuk jam kedua sebelum jam istirahat alias keluar main. Pelajaran ini dulu adalah pelajaran favorit setiap siswa. disamping gurunya yang baik, Materi yang diberikan tidak serumit fisika atau ilmu kimia.
Pak Umar adalah guru agama kami di kelas dua. Beliau adalah Guru Pendidikan Agama "asli", bukan guru penjas atau guru matematika yang diminta mengajar ilmu agama. lagi, pak umar menggunakan metode diskusi kelompok dalam pertemuan kali ini dan kelompokku dapat "arisan". Kelompok kami diminta presentasi. sebenarnya lebih mirip membacakan secara bergantian karena materi yang disampaikan sebenarnya sudah ada di buku cetak. Akhirnya tibalah sesi tanya jawab.
Bersekolah di sekolah menengah umum negeri berbeda dengan sekolah menengah yang dikelola langsung oleh Kementrian Agama atau MAN (Madrasah Aliyah Negeri). Di SMU kami cuma belajar sekali seminggu dalam satu setengah jam. Hal ini kudengar sering disinggung oleh penceramah dan di tengarai sebagai titik lemahnya pengetahuan agama anak jaman sekarang. itu yang ku dengar.
Tapi Alhamdulillah di sekolahku ada organisasi pecinta mushallah alias anak Rohis. Beberapa teman sekelasku anak rohis. eits...bukan berarti mereka teroris dan saya temannya teroris. Itu hanya tuduhan kalau anak rohis itu bibit teroris. ini dia dampak pemberitaan kemarin oleh stasiun tipi swasta milik om cambang.
eh jadi bahas mengenai kurangnya pendidikan agama di sekolah-sekolah negeri.Kembali ke kelas saat sesi tanya jawab, seorang kawan lalu bertanya.
"Bagaimana dengan orang yang hidup pada jaman sekarang yang tidak mengenal islam. Mereka terpencil di sebuah pulau dan juru dakwah belum ada yang pernah sampai bahkan tau keberadaan mereka sedang mereka tidak islam. mereka menyembah berhala dan arwah nenek moyang mereka. apa mereka bakalan masuk surga? Lha pan belum ada yang menunjuki mereka?" tanya kawanku berapi-api.
Dari ujung ruangan. Pak Umar hanya memperhatikan kami yang sedang diskusi. Tidak ada yang berani menjawab pertanyaan barusan. Lalu dengan berani saya menjawab sambil mengutip sebuah buku yang belakangan baru kubaca dan penulisnya seorang tokoh nasional. Begini kataku " Menurut Om Kokom (sang penulis) dalam bukunya psikologi mati. Kita tidak perlu menyoal mengenai agama-agama yang kita peluk, sesungguhnya kita semua hanya "memunguti" sisa cahaya dari agama yang terkontaminasi oleh kesalahan tafsir dan distorsi-distorsi ajaran. tidak perlu menyoal dia islam atau bukan, semua agama itu sama di muka Tuhan yang penting menuju ke Tuhan"
Seketika Pak Umar melompat dari kursinya dan segera memotong pernyataanku yang belakangan ku pahami sebagai paham liberalisme.
Dengan air muka yang terlihat kaget, Pak Umar lalu me-block pernyataanku barusan. Beliau lalu mengutip ayat.
innaddina 'indALLAHIL ISLAM. Yang artinya ; Sesungguhnya Agama (yg di Ridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam.Ali imran: 19.
"Sesungguhnya setelah islam turun maka agama yang di terima oleh Allah SWT hanya ISLAM, tidak ada tawar menawar. Terkecuali mereka yang sama sekali tidak tersentuh ajaran islam." Sepertinya masih banyak yang ingin diutarakan pak Umar kepada kami, aku tahu saat itu pak Umar siap mentransfer ilmu yang beliau miliki seutuhnya. Seperti pendekar yang edang mempersiapkan sebuah ajian untuk "dijual" kepada lawannya. tanpa disadari, bel tanda pelajaran berakhir menyudahi pelajaran agama islam hari ini. "Sampai jumpa minggu depan, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Dengan air muka yang terlihat kaget, Pak Umar lalu me-block pernyataanku barusan. Beliau lalu mengutip ayat.
innaddina 'indALLAHIL ISLAM. Yang artinya ; Sesungguhnya Agama (yg di Ridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam.Ali imran: 19.
"Sesungguhnya setelah islam turun maka agama yang di terima oleh Allah SWT hanya ISLAM, tidak ada tawar menawar. Terkecuali mereka yang sama sekali tidak tersentuh ajaran islam." Sepertinya masih banyak yang ingin diutarakan pak Umar kepada kami, aku tahu saat itu pak Umar siap mentransfer ilmu yang beliau miliki seutuhnya. Seperti pendekar yang edang mempersiapkan sebuah ajian untuk "dijual" kepada lawannya. tanpa disadari, bel tanda pelajaran berakhir menyudahi pelajaran agama islam hari ini. "Sampai jumpa minggu depan, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Pelajaran agama hari ini membekas di gyrus otakku. Aku terduduk lesu menyadari kesalahan dan menyesali kesoktahuanku. Sejak saat itu aku mulai selektif dalam membaca buku-buku agama.
Sepulang sekolah, kucari kedua seri buku yang sempat kubaca karya Prof. Kokom. Setelah kutemukan, kubuka kembali lembaran yang membuatku hampir menanggung dosa jariyah karena menyebar ilmu yang sesat dan menyimpang. diatas lemari lah tempat buku ini bersemayam. masuk dalam kategori "keliru."
KEBIASAAN BARU, beberapa bulan lebih awal sebelum diskusi dikelas.
Sebuah toko buku baru buka. letak tokonya tepat disamping sekolahku. di kota ini jarang sekali ada toko buku yang menjual bacaan umum. toko buku yang sudah ada hanya menjual buku cetak pelajaran dan buku cara bermain gitar. Ya, buku cara bermain gitar. pemuda di kota ini sedang gandrung menguasai alat musik ini, selain karena arus pergaulan sedang deras menimpa kota ini, ternyata banyak studio musik yang menyediakan fasilitas set band lengkap, festifal band pelajar juga marak diadakan akhir-akhir ini.
Om iwang, seorang pendatang dari Kota Makassar. Nama asli beliau adalah Muhammad Riswan. Seorang enterpreneur, menggeluti segala macam bisnis yang memungkinkan untuk dijajal mulai dari jual buku sampai penyalur tokek. Ya tokek, kadal sepupunya cicak. Menurut kepercayaan orang di sebagian tanah bugis, minyak tokek bisa membuat cewek tertarik dan "nempel". seperti tokek yang bisa merayapi apa saja dan dimana saja.
Pernah sekali waktu Om Iwang menawariku bisnis tokek ini. katanya, tokek bisa dijual sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Ada orang yang siap membeli. lalu kutanyakan padan om iwang, "Buat apa om ? Bagaimana bisa semahal itu?" "Buat obat, orang cina bakal ngambil organ si tokek buat dijadikan obat." Wah ternyata ada orang cina yang senang makan tokek rupanya sangking senangnya sampai cari-cari ke Indonesia. Sampai sekarang aku masih sangsi pada keterangan om iwang. belum pernah kusaksikan secara langsung transaksi penjualan "cicak" sampai semahal itu. Hahaha...entah aku di kibul atau tidak yang penting bagiku...maaf, malah melebar ke urusan tokek...:) hehe
Toko buku Om Iwang belum terlalu ramai pengunjung. dari minggu pertama sampai beberapa bulan belakangan, Ku lihat tidak banyak pengunjung. Aku tahu kondisi toko Om Iwang. Betapa tidak, semenjak toko buku ini buka, hampir setiap hari aku berkunjung kemari, paling kurang seminggu tiga kali. hanya sekedar duduk bercerita dengan Om iwang dan Istrinya atau membaca buku yang sebelumnya ku beli. Toko buku ini seperti tempat hiburan baru bagiku setelah bosan dengan buku-buku di perpustakaan umum yang isinya itu-itu saja. Om iwang tidak keberatan aku sering-sering mampir di tokonya. Kami kadang bercerita panjang lebar bahkan istri Om Iwang pernah berkata, "semmang, sepi sekali memang kalau kita buka toko buku apa lagi disini, nafsu makannya orang memang selalu lebih tinggi dari nafsu bacanya"
Setelah mendengar ucapan tante, begitu saya menyapa Istri Om iwang. Jangankan nama panggilan, nama aslinya saja tidak pernah kutanyakan. Setelah mendengar ucapannya, motivasi membacaku semakin meninggi, aku tertantang untuk membuktikan kalau nafsu makanku tidak lebih besar dari nafsu bacaku. Mulailah kulahap bacaan yang kuanggap menarik sejak saat itu.
Pernah sekali waktu Om Iwang menawariku bisnis tokek ini. katanya, tokek bisa dijual sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Ada orang yang siap membeli. lalu kutanyakan padan om iwang, "Buat apa om ? Bagaimana bisa semahal itu?" "Buat obat, orang cina bakal ngambil organ si tokek buat dijadikan obat." Wah ternyata ada orang cina yang senang makan tokek rupanya sangking senangnya sampai cari-cari ke Indonesia. Sampai sekarang aku masih sangsi pada keterangan om iwang. belum pernah kusaksikan secara langsung transaksi penjualan "cicak" sampai semahal itu. Hahaha...entah aku di kibul atau tidak yang penting bagiku...maaf, malah melebar ke urusan tokek...:) hehe
Toko buku Om Iwang belum terlalu ramai pengunjung. dari minggu pertama sampai beberapa bulan belakangan, Ku lihat tidak banyak pengunjung. Aku tahu kondisi toko Om Iwang. Betapa tidak, semenjak toko buku ini buka, hampir setiap hari aku berkunjung kemari, paling kurang seminggu tiga kali. hanya sekedar duduk bercerita dengan Om iwang dan Istrinya atau membaca buku yang sebelumnya ku beli. Toko buku ini seperti tempat hiburan baru bagiku setelah bosan dengan buku-buku di perpustakaan umum yang isinya itu-itu saja. Om iwang tidak keberatan aku sering-sering mampir di tokonya. Kami kadang bercerita panjang lebar bahkan istri Om Iwang pernah berkata, "semmang, sepi sekali memang kalau kita buka toko buku apa lagi disini, nafsu makannya orang memang selalu lebih tinggi dari nafsu bacanya"
Setelah mendengar ucapan tante, begitu saya menyapa Istri Om iwang. Jangankan nama panggilan, nama aslinya saja tidak pernah kutanyakan. Setelah mendengar ucapannya, motivasi membacaku semakin meninggi, aku tertantang untuk membuktikan kalau nafsu makanku tidak lebih besar dari nafsu bacaku. Mulailah kulahap bacaan yang kuanggap menarik sejak saat itu.
Sedihnya setelah dua semester berkuliah di Makassar, ternyata toko buku Om Iwang sekarang sudah tutup. Entah pindah atau karena memang toko ini kalah sama warung coto makassar di sebelahnya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saat indahnya pagi berganti gelap
saat bersihnya udara pagi berganti asap dari kendaraan
waktu berlalu dalam rentang hidup manusia
menyisakan sejarah dan tanya akan detik yang dijelang
kutulis isi kepalaku dalam lembar buku-buku
ku urai kusutnya isi benakku
kujadikan mesin waktu
biar bisa ku tengok masa laluku
dan buku-buku yang ada dihadapanku
kawan-kawanku yang hanya minta dibaca dan dimengerti
dipilah dan dipilih
ilmu yang harus didatangi
jendela yang harus dibuka
izinkan aku membaca
yang baik untuk dibaca
layak untuk dipahami
biar bisa kupelihara ajaran-Nya
mencari hikmah disetiap lembaran
menyerap ilmu di setiap titik
Semoga ditunjuki bacaan yang benar
Saat indahnya pagi berganti gelap
saat bersihnya udara pagi berganti asap dari kendaraan
waktu berlalu dalam rentang hidup manusia
menyisakan sejarah dan tanya akan detik yang dijelang
kutulis isi kepalaku dalam lembar buku-buku
ku urai kusutnya isi benakku
kujadikan mesin waktu
biar bisa ku tengok masa laluku
dan buku-buku yang ada dihadapanku
kawan-kawanku yang hanya minta dibaca dan dimengerti
dipilah dan dipilih
ilmu yang harus didatangi
jendela yang harus dibuka
izinkan aku membaca
yang baik untuk dibaca
layak untuk dipahami
biar bisa kupelihara ajaran-Nya
mencari hikmah disetiap lembaran
menyerap ilmu di setiap titik
Semoga ditunjuki bacaan yang benar
BSB...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar