dari keringat, air mata dan darah

dari berjuta mata air
jauh nian sungai mengalir
meliuk-liuk menuruni gunung
menembusi lembah
berputar di kaki bukit
menikung di dasar jurang
menerobos batuan
menggerus tepian
merembes melalui celah
lalu berkumpul lagi menerjang lekuk landai kontur bumi

mengalir air
menghidupi tetumbuhan
memelihara makhluk terus bertahan

hidup di oase yang luasnya tak terkira
mencakupi  gunung-gemunung
bukit
padang

berakhir di lautan
menyentuh tepian semua daratan
mengisi ceruk terdalam
mengubur bangkai yang jutaan

dari lautan kemudian diangkat kelangit
menghimpun diri
melayang tertiup angin
sibuk menjelajah langit
berkunjung pada muka bumi yang belum sempat disua

setelah jenuh berkisar kesana kemari
datanglah rindu untuk kembali memeluk bumi yang dicintai
tumpah ruah hujan lebat sehari atau gerimis yang tak kunjung berhenti
gemuruh dan kilatan cahaya menyala-nyala
memainkan langit yang sedari tadi mendung  

susul menyusul kedatangannmu
sebagian meresap ketanah
disimpan tetumbuhan
diminum hewan-hewan dan manusia

aku bisa bercerita tentang air dan bagaimana kuasa Allah memeliharanya
Ya....karena aku kenal dengan baik
bagaimana tidak, tak kurang enam bulan hujan kami setiap tahun
lebih darii cukup untuk  minum mengusir dahaga
membersihkan diri dan bersuci
mencuci, memasak, mengairi sawah dan ladang
memberi makan ternak dan mengairi tambak

air yang jatuh dari langit sore  ini mengigatkanku padamu
tetesannya tak terbilang
seperti biasa, mendung memberi tanda
kilat  memberi peringatan
 dan guntur memberi aba-aba

aku yakin sungguh

barang setetes air ini pernah bertemu denganmu
datang dari tanah kelahiranmu
air yang pernah engkau minum dan terlepas lewat derasnya keringatmu
ya...dari derasnya keringatmu
ketika engkau  harus berlari menghindari lokasi yang baru saja di timpahi  bom
atau dari air matamu yang menguap
air mata yang engkau keluarkan lantaran seorang kerabat yang lebih dulu menemu syahidnya
 atau dari darahmu yang tumpah bersimbah
dari darah yang hanya menyisakan bekas merah mengerikan
sedang airnya sudah menyapa langit disiang terik itu

Kawan
tanahku subur memang
tapi
selagi  keringatmu mengucur dalam ketakutan dan perjuangan melawan kezaliman
air matamu masih mengalir karena kehilangan
dan darahmu tumpah karena kebiadaban para penjajah
 aku sedih dan malu padamu saat  membayangkan bahwa
airmatamu, keringatmu, dan darahmu yang kuyakin bercampur dengan hujan sore ini
kami gunakan untuk  mandi  lalu keluar mengerjakan hal-yang sia-sia
kami minum dalam keadaan berdiri
kami campurkan kedalam bahan makanan yang peduli siapa kalau ini haram atau halal 
tidak kami gunakan untuk berwudhu secara sempurna
lalu shalat barang dua rakaat untuk mendoakanmu
kami gunakan untuk mencuci kendaraan hasil korupsi
membasahi rumah yang dibangun dengan harta haram
dan aku lebih malu lagi saat membasahi kepalaku yang kadang tidak amanah, lalai dari mengingat Allah  dan sedikitpun tidak peduli dengan nasibmu disana

Kawan, untuk saat ini hanya ini yang dapat ku lakukan
aku malu dengan diriku sendiri
Do'akan aku agar tapak kakiku bisa sampai kesana
dan kita berjuang bersama membebaskan tanah air kita
ya...setiap jengkal tanah yang ada muslim didalamnya...
...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar