Dalam satu penggalan waktu...
Sepanjang minggu ini ku ikuti seorang pemuda. Tidak ada alasan bagus mengapa kuputuskan ikut dalam pikirannya.
Pemuda ini menunggu hari berlalu. Sambil menunggu dibawah pohon mangga yang tumbuh besar melampaui umur si pemuda. Terlihat di sela bibirnya terselip batang rumput kering. Sambil memandang jauh menembusi terik siang dari teduhnya tempat ia bersemayam seharian. Berharap waktu berlalu lebih cepat dan berakhir satu lagi hari.
Dalam duduk diamnya, si pemuda tampak sedang menenangkan dirinya. lamat-lamat ku curi dengar si Pemuda sedang berzikir mengucap kalimat istigfar. Memohon ampunan pada Tuhannya. "Memohon ampun pasal apa?" Tanyaku penasaran. Pertanyaanku terus menggantung seiring waktu sampai si pemuda lirih melafadzkan kebingungan dalam hatinya...
"Ya Allah, Tuhan ku yang jiwa ini ada dalam genggaman-Mu. Allah ijinkan hambamu bertanya. Apa gerangan yang membuat hati hamba-Mu ini rasa-rasanya kosong? tak ada yang lucu lagi, tak ada yang menegangkan lagi, tak ada yang menakutkan saat ini. Bahkan jika melintas di depanku seekor kucing yang mengendarai sepeda motor, tetap tak akan membuat ku tertarik dan tersenyum...
kosong ya Allah, di bumi-Mu seperti tak ada sisi dan isi yang bisa ku raba lagi. tak ada tanah dan pohonan untuk kujejaki dan kusandari....aku melayang-layang dalam kehampaan..."
Aku terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaannya...Sesaknya dada pemuda ini terlihat dari lirih dan sulitnya bisikan tadi. bisikan yang sengaja ia perdengarkan pada udara disekitarnya sambil di kirimnya kelangit...
waktu berlalu, tak ada yang memperdulikan dirinya yang sedari pagi duduk disana. tidak ada yang peduli bahkan dedaun yang gugur tak sungkan mendarat di tubuhnya.
Tatapannya kosong sepanjang hari...
Tak kering bibirnya memohon ampun ke Tuhannya...Bergerak perlahan batang rumput di ujung bibirnya. Tubuhnya disenderkan pada batang pohon mangga depan rumahnya.
Lama aku menunggu bisikan selanjutnya...
Kali ini ia bercerita pada rumput yang tersemat di bibirnya.
"Wahai rumput. Mengapa aku selalu merasa terbebani padahal yang lain senang-senang saja menjalani. Mengapa aku merasa bosan saat yang lain sedang asyik menikmati. Mengapa hanya penyesalan yang hadir di setiap akhir, bukan kebanggaan yang serupa dengan yang orang lain rasa. Tak pernah aku senang berlama-lama sedang yang lain tekun menyelami"
Air mulai menggenangi kedua bola matanya, berkaca. Perlahan tetesan air berhasil menemui jalan di ujung matanya. Mengalirlah air matanya, meluncur membasahi pipi dan berakhir menyentuh jambangnya...
Aku termangu menatapnya. Wajahnya menyiratkan kebingungan yang terlalu.....
Sampai menjelang magrib sebelum azan magrib menyambangi telinga. Selembar daun mangga jatuh menyentuh jidatnya lalu mendarat tepat di sisi Pemuda ini. Ia bergeming, abai dan memilih diam sampai terdengar suara...
"pahami !" terdengar perlahan...
Aku terkejut, terlebih si pemuda. liar matanya menyelidik sumber suara...
"pahami !" sekali lagi terdengar.
"pahami !" untuk yang ketiga kalinya.
suara ini berulang berkali-kali sampai si Pemuda sadar. Suara itu keluar dari dedaun yang tergeletak di sampingnya.
Si Pemuda memungut daun itu lalu mendekatkan daun tersebut pada kedua telinganya. Tak ada suara. lalu di pindahkan daun tersebut di depan matanya...
Keadaan mulai gelap dan jangkrik sudah berani bersuara memanggil-manggil cahaya matahari yang baru saja berlalu dan berganti mega merah yang sempurna...
dalam lembaran daun tersebut nampak sesuatu untuk dibaca...
" Assalamualaikum ya Al-akh, aku sebenarnya pengetahuanmu. Aku sepi tanpa pemahamanmu. kamu hanya tahu tapi belum menghadirkan pemahaman, kamu belum berpkir.
Aku meminta kegundahan, penyesalan, kegelisahan untuk menyapamu duluan agar hati mu sudah tunduk saat aku datang dan menyampaikan pesan untukmu..."
"Tahukah musabab bingungnya dirimu ? beban yang kamu rasa ? dan hambarnya setiap pencapain duniamu?..."
"apa ini soalanmu ?"
Si pemuda tampak mengangguk perlahan...
Bingungnya dirimu adalah buah dari ketidak tegasan dirimu mengambil sikap. mengambil sikap untuk menentukan tujuan hidupmu. Engkau merasa terbebani karena engkau menjalani sesuatu yang engkau sendiri masih mempertanyakan keinginan dan keikhlasanmu. hambarnya pencapaian duniamu, musabab kamu tak pandai bersyukur dan jalan yang kau tempuh bukan jalan yang pantas di beri barokah.
Engkau mencari petunjuk untuk menemukan ketenangan, menemukan kebaikan, menemukan kepuasan. Petunjuk adalah Hidayah dari akar kata yang sama hada-yahdi-hidayatan yang artinya menunjuki, hidayah sendiri berarti petunjuk. bukankah engkau pernah membacanya ?. jika kamu mencari Hidayah maka ia sudah datang sejak dulu. ialah Al-Huda. Al-Qur'an kitab suci umat Islam. dan Nabi Muhammad telah dijadikan teladan terbaik dalam perkataan dan perbuatan bagimu. Ikuti petunjuk-Nya...dan berjalanlah, berfikirlah, berdo'alah agar engkau dimudahkan sampai ke tujuan...
Apa lagi yang kau tunggu ? Bersegeralah...
Tak ada yang lebih menyenangkan dari melihat Pemuda ini kemudian berdiri dan segera mengambil wudhu lalu mengahadap Tuhannya, Allah SWT, dalam khusyuk disaksikan mega merah dan aku menjadi makmum di shalat magrib ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar