Bukan Anak Monyet


kawanku yang anak IT pernah bilang sesuatu tentang manusia, katanya... "kita seperti perangkat komputer super canggih sob, dengan milyaran sirkuit otomatis. lebih hebat dari super komputer dan muat di dalam tengkorak kita, bisa di bawa kemana-mana." Iyalah mana bisa otak disimpan dalam toples dan harus terus diingat untuk dibawa ikut kemana-mana. kan kalau ketinggalan bisa bahaya...hehe

ada juga kawanku ahli biologi pernah bilang, "kita adalah tumpukan protein, lipid, air dan persenyawaan berbagai unsur, dari organella sel yang terkumpul dalam paketan dinding dan membran sell. tanpa sengaja berubah dari sekumpulan kera (yakin, nenek mu monyet?) dengan kombinasi genetika sesuai keadaan dan persekitarannya menjadi penjelajah berdiri tegap dimuka bumi." semakin menggebu sambil berbusa kawanku lanjut bercerita," kita presentasi dari keberhasilan fenotipe dan genotipe yang acak di permainkan alam, alam baru menemukan yang sesuai setelah sekian lama mencoba, alam menyeleksi (kayak snmmptn, yang gak lulus, jadi spesies manusia jenis lain dah...hehe). seleksi alam,alam senang mencoba-coba."

Dengan raut wajah yang dibuat misterius dan mendekat sampai mulutnya yang bau minyak cengkeh tercium.
"maaf bro apa kamu spesies manusia lain?" tanyaku.

"bukan, atas dasar apa kau berkata demikian?" jawabnya

 " Mulutmu bau cengke sob, saya curiga kau telah mengambil bagian DNA cengkeh dan menyelipkannya dalam tubuhmu, kamu manusia cengkeh."

"Bukan, saya lagi sakit gigi, lagi menyumpal gigi yang lubang dengan kapas plus minyak cengkeh, biar sakit giginya sembuh" jawabnya sambil mencoba menunjukkan gigi gerahamnya yang sakit.

untuk beberapa saat ia diam saja, kemudian wajahnya perlahan semakin mendekati ku lalu mulai bertanya.
 "apa kita sedang dicoba oleh alam?"
"atau kita yang membuat alam mencoba kita?"
"saat alam menyeleksi kita bisa bertahan dengan memanfaatkan alam sendiri.  apakita sudah menguasai alam ?"
" adakah pokok tubuh, pikiran kita akan berubah?"
"akan seperti apa?"

plak, kudorong wajahnya menjauhiku, hampir saja bibirnya menyentuh pipiku. kalau ada yang liat mungkin sudah di bilang homo. hus...pergi sana, sikat gigi dulu...
 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ini...
Seperti melihat video yang dipadatkan dalam 5 menit sebagai ringkasan dari triliunan tahun sejak awal bumi tiba-tiba ada dan sekelompok batu yang secara tiba-tiba bangkit lalu mengenali dirinya sebagai batu,mengidentifikasi kawan-kawannya, melacak asal-usul dirinya,  membedah dirinya sampai ukuran partikel lalu mengkaji lingkungannya. monyet yang cerdas dan tangguh dihadapan alam...

Dan seorang temanku, kami menggelarinya filsuf, pernah berkata.
Hari ini, tubuh dan pikiran  dipisah sebagai komponen hardware dan software...
pikiran adalah loncatan listrik, adalah interaksi molekul, adalah hubungan syaraf yang terintegrasi dalam sistem syaraf pusat dan tepi--kerusakannya dianggap kerusakan struktur, over produksi atau kekurangan substansi kimia semata. kasih obat atau operasi buat reparasi... ting!!!  Semua beres...

Tapi pertanyaanku kemudian menyapa praktek-praktek yang dekat dengan superstisi dan perilaku manusia. mulai dari santet alias guna-guna, mantra, meditasi, hipnosis, psikotherapy, rukyah, do'a dan modalitas penyembuhan yang dianggap mengada-ada. Coba lihat beberapa dari mereka sembuh. Meskipun ada yang melakukan pembodohan terhadap masyarakat. "ahhhh...itukan cuma sugesti belaka." ah kalau cuman sugesti maka sugesti itu bagus dong, ga perlu beli obat cukup menyugesti pikiran sendiri. yap-yap, saya tau apa yang bakal kamu katakan, iya memang tidak semua penyakit bisa sembuh dengan modal sugesti saja. tapi apakah kita serta merta mengesampingkan faktor ini? Pikiran kita menyatu dengan tubuh kita bukan mesin...kita manusia

kawanku yang filsuf lanjut menjelaskan, ilmu fisikal berkembang jauh meninggalkan kajian-kajian di bidang bidang "pengetahuan" yang lainnya terutama kajian ilmu agama. Dibantu propaganda media dan kekaguman atas pengagungan pada penggiat ilmu pasti yang (katanya)jauh dari spekulasi dan menjunjung netralitas tanpa agama, nilai, norma dan pandangan sekelompok orang sebagai pembatas. bebaskan pengetahuan. begitu seruannya sampai dalam pengetahuanku.  kita lalu cinta dengan sesuatu yang bisa dimasukkan kedalam laboratorium untuk diamati dan dituang dalam matematika diamati secara fisikal. yang mengerikan, karena tuhan gak wujud dan gak bisa dibawa ke laboratorium jadilah tuhan gak ilmiah dan bukan untuk dipercayai keberadaannya. lobus prefrontal kita hanya diisi dengan pemahaman materialistik dan jauh dari nilai-nilai spiritual...

kemudian kita mulai sanksi dengan keberadaan Pencipta warna tulisan ini.
jadilah kita menilai diri sendiri tidak lebih dari sekelompok senyawa dari unsur berbagai golongan.

aku mau bertanya lagi apa ada yang lebih tidak canggih dari partikel, seperti kalau kita membandingkan monyet yang hanya bisa makan pisang dengan manusia yang bisa bikin keripik pisang (ga usah canggih-canggih, jangankan monyet, manusiapun ada yang ga bisa buat keripik pisang). kalau ada, apa itu tiba-tiba ada atau ada yang menghadirkan ? saya rasa kita butuh kata yang tepat...."penciptaan" kah ? persis mewakili.....saya menyebutnya Tuhan Pencipta Alam Semesta.

Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam...
kita bukan anak monyet ,kita adalah sebaik-baiknya mahluk yang diciptakan oleh Pencipta.
kalau sudah dapat peringatan dan bukti yang nyata atas kerumitan dan kecerdasan dari penciptaan tapi masih ngaku anak monyet, biarlah, toh monyet juga nda pernah mengakui mereka sebagai anak cucunya.
:p 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar