Galau Segera Berlalu

Belakangan kata galau mulai menunjukkan penurunan popularitas di masyarakat. Sebelumnya galau identik dengan perasaan tidak karuan terhadap sesuatu. Dalam KBBI ed.III sendiri berarti, sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran).  Mengapa kita membahas galau dalam postingan kali ini? yap, meskipun kata galau ini akan segera turun derajat menjadi setara dengan kata-kata lainnya, alias tidak populer lagi, galau sebagai adjective ini masih tetap  ada dan bisa melekat pada setiap subjek (manusia tentunya). Seperti beberapa virus yang menyerang tubuh kita, meskipun gejala yang ditimbulkan sudah tidak ada tapi sebenarnya virus tersebut masih ada dalam tubuh kita. Virus tersebut menunggu tubuh dan jiwa kita lemah plus lalai lalu menyerang lagi. 

Kalau mencermati penggunaan kata galau oleh beberapa orang, saya menemukan bahwa mereka menggunakannya tidak sebagaimana mestinya; ada yang menggunakan kata galau saat mereka enggan melakukan sesuatu.
"Sudah selesai tugasmu?" tanyaku, "Belum bro, lagi galau saya bro, besok lah saya selesaikan."
Sepertinya kata sifat yang lain terhapus dengan booming-nya kata galau. Menentukan perasaan orang juga agak sulit, ada yang marah tapi mengaku galau; Ada yang sedang senang senyum sendiri dituduh galau--bukannya ini gila; Ada yang tenang-tenang sendiri dalam kedamaian malah dikatai, "lagi galau ya....? cieeee yang galau." Bisa saja dibalas kasar."Kenapa ko anu...oiii...apa masalahmu na? si ba'ji ?"

Nah galau sendiri identik dengan dunia perci***an monyet-monyet. Semua kejadian akan berakhir dengan anggapan bahwa yang bersangkutan sedang galau. Contoh, diputus pacar jadi galau, ditolak jadi galau, ditembak trus pusing mau jawab jadi galau, diminta segera melamar jadi galau, lagi bahagia-bahagianya malah dituduh galau dan kalau tidak punya pacar pun dibilang galau. Galau menentukan pilihan. Penggunaan kata galau melampaui batasnya. Jika kelak ada yang menulis dalam sejarah kata-kata populer, maka dalam uraian kata galau isinya akan seperti ini, "kata galau pernah populer dan menggantikan fungsi dari 2/3 kata sifat yang ada..." Hehehe
Saya kembali teringat dengan sebuah uraian mengenai kecerdasan emosional. Untuk mengukur kecerdasan emosional seseorang, coba tanyakan berapa banyak kata sifat yang orang tersebut ketahui. Semakin banyak maka semakin baik ia mengidentifikasi dan mengotrol emosinya. Saat ditanya, saya yakin hampir semua orang pasti menyebut kata galau setelah, marah, senang atau sedih. Galau dimana-mana...

Inti tulisan ini sebenarnya bukan mengenai kata galau yang menguasai dunia. lebih kepada kesudahan dari seseorang yang sedang galau. Move on, keadaan ketika seseorang meninggalkan kegalauannya dan hijrah menuju pemikiran yang lebih terbuka. Berfokus pada hal yang lain yang labih manfaat bagi waktunya...
     Ingat ini !!!
Anda akan merasakan apa yang anda pikirkan. Anda berlaku seperti yang anda pikirkan. Jika anda mengganti isi pikiran anda sekarang  maka tubuh anda akan merasakan hal yang berbeda seketika itu juga. Jika anda ingin senang, bahagia dan merasakan ketenangan maka anda hanya perlu merasakannya seketika itu juga. Sekarang Perbaiki posisi tubuh anda, tegapkan badan anda, duduklah jika anda sedang tiduran. Niatkan pikiran anda segera mengakses memori-memori positif dalam pikiran anda. Buat ingatan tersebut lebih jelas lagi dalam pembayangan anda. Ambil waktu sejenak dan lakukan selama yang anda butuhkan. Motivasi diri anda.

Punya masalah ?
Allah dulu, Allah lagi, Allah terus...
Galau Allah yang punya...

"you will feel the same  if you do the same and think the same way"
"...as long as you think differently, you will feel differently." 
om Richard Bandler (NLP founder)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar