Seperti Ditinggal Matahari

Tulisan ini lanjutan dari postingan sebelumnya, Dikejar Matahari.

Selepas shalat asar aku melompat ketempat tidur dan menggulingkan badan bermalas-malasan menikmati waktu istirahat. Seharusnya ini masih jam kuliah, tapi lagi-lagi "harus" pulang cepat. Dosen yang seharusnya mengisi kuliah tadi siang tidak masuk karena terjebak macet. biasanya kalau tidur selepas asar, maka bangunnya pasti menjelang magrib saat mendengar azan di mesjid atau azan televisi (magrib di Jakarta dan menjelang isya di makassar). Tidak butuh waktu lama, akhirnya aku tertidur.

Tidur sore ini tidak berlangsung lama, tiba-tiba hape-ku bergetar berkali-kali tapi tak bersuara. Aku sering lupa mengaktifkan dering hapeku yang sengaja ku-silent-kan waktu kuliah. Dalam keadaan setengah sadar kuterima telepon dari nomor "tidak dikenal". Ternyata dari teman kuliah. Ia menyampaikan kalau bagian akademik mengeluarkan pengumuman bahwa saya tidak berhak mengikuti ujian final. Langit mendadak gelap, sepertinya matahari mendadak tenggelam meniggalkan aku setengah sadar dan setengah tidak percaya dengan apa yang baru kudengar. Setelah telepon tadi, aku mulai aktif menghubungi kawan-kawan yang kemungkinan masih di kampus, kutanyakan mengenai kabar berita ini. Kutengok facebook untuk mencari tahu di group angkatan, benar saja, namaku jelas tercetak, lengkap dengan nomor mahasiswanya. 

Malam ini hampa, perasaan setingkat diatas galau. Biasanya otakku pandai mencari celah untuk membebaskan kawan-kawan dari jeratan seperti ini. Malam ini, otakku blank, aku yang kena. Tidak ada yang kupikirkan, ujian remedial besok sama sekali tidak memberi motivasi untuk belajar.
Malam itu aku berasumsi bahwa yang bermasalah adalah salah satu absensi kuliah. Segera ku cermati lagi jadwal kuliah yang kemungkinan aku tidak ikuti. Ternyata aku hanya tidak hadir sekali dan kuakui hari itu derajat kemalasan menunjuk titik tertinggi. Masalah ini besok baru kita perjuangkan. Akhirnya kuputuskan menghubungi salah seorang teman dan bergabung dalam kelompok belajarnya malam itu untuk sekedar bersiap kalau-kalau besok boleh ikut ujian.

Esok hari. Keajaiban datang. Menjelang shalat jum'at, pengumuman yang semula tidak mengijinkan  untuk mengikuti ujian mendadak berubah. ''semua yang ikut ujian teori, berhak mengikuti ujian remedial''. Termasuk saya dan beberapa teman yang juga "kena". sepertinya matahari yang sempat meninggalkan ku kemarin sore baru terbit setelah shalat jum'at hari itu...

ketegangan bakal dirasakan semua jenis pilihan, entah rajin atau malas. orang yang rajin bakal merasakan ketegangan ketika mendekati tujuan yang dicapainya, sedangkan orang yang malas juga bakal menemui ketegangan ketika menemui hal buruk yang tidak dicita-citakan. sebagai buah dari pilihannya. semua pilihan hidup menegangkan...


berkembang, bermanfaat, bernilai

mohon maaf jika ada kesamaan tokoh, latar dan alur cerita...
murni cuman buat belajar nulis :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar