Robohnya tempat sujud kami...

Pikiranku semak belukar, bertukar-tukar isinya, mulai dari hal yang radikal sampai kelakar. Kutipan koran sampai celotehan tukang becak. 
kemarin perjalanan ku menuju sebuah musala yang letaknya di tengah kompleks pasar tradisional, kumuh. Tidak punya halaman, hanya sedikit ruang untuk menyimpan sendal, jika kau berani, sebab disini sendal tidak disimpan, sendal harus disembunyikan atau dititipkan pada pedagang sekitar. Aku ke Masjid setelah waktu shalat berjamaah. Tempat wudhu ada di bagian belakang.  tidak terpisah antara laki dan perempuan. hanya satu keran air. Disekitarnya berjejer jeriken entah milik siapa, ramai berbaris dihadapan keran satu-satunya, menghalangi langkahku  mengambil wudhu.

Setelah berwudhu aku berdiri di depan pintu. Aku berpikir untuk masuk kedalam masjid tanpa menyentuh pintu apa lagi gagangnya, cat hijau di gagang pintunya sudah luntur berganti warna kecoklatan yang aku yakin jutaan tangan sudah pernah menyentuhnya. Aku terdiam beberapa saat. tiba-tiba pintu bergerak dan mengeluarkan deritan dari engsel yang berkarat, seorang bapak keluar dari masjid sedikit tergesa. sebelum pintu tertutup rapat aku bergerak cepat masuk tanpa menyentuh daun pintunya sedikitpun.

Bagian dalam musalah tidak bisa dibilang bersih tapi juga tidak begitu kotor. Aku berinisiatif segera mengambil sapu. Sapu ijuk kutemukan di dalam lemari tua di belakang mimbar. Kulibas semua kotoran cicak dan debu yang bisa kulihat. Terhampar sajadah panjang yang tersambung seperti lazimnya di masjid lain, warnanya merah, tampak berdebu dan aku yakin bahwa sajadah ini belum dicuci dalam waktu yang lama. 

aku memutuskan untuk bershalat di bagian lantai yang tidak tertutup sajadah dan membersihkan bagian itu. Aku menunaikan salat zuhur sendirian. Shalatku sedikit terganggu dengan beberapa ekor lalat sebesar biji jagung mendengung berkeliaran mengitari tubuhku. lalat-lalat ini sesekali hinggap di tangan dan wajahku. Mereka seharusnya menghinggapi ikan-ikan yang dijajakan tepat di bagian kiri musala. Setahuku badan ku tidak bau amisAku mandi dua kali sehari. 

Apa musabab rumah Allah hanya 3x3 meter di tengah luas pasar tempat berniaga mengejar dunia...
Apa sebab Rumah Allah engkau bangun tepat di sebelah penjual ikan yang baunya memenuhi seisi tempat bersujud
Apa sebab masjid yang suci penuh debu dan kotoran binatang...

apa hanya sekadar ada, sekadar shalat, sekadar menunjukkan kubah dan tanda bulan bintang....ala kadarnya...

Nasib baik tak roboh masjid ini...
tak perlu menunggu ajo sidi untuk membunuhi imam masjid...
jamaah lari...jamaah lari...

Tunggu waktu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar